
Mitos dan Fakta Kesehatan Yang Sering Kita Dengar
Tidak sedikit mitos-mitos yang telah beredar di kalangan masyarakat dan membuat orang mudah percaya karena minimnya pengetahuan akan kesehatan. Parahnya lagi, fakta tentang kesehatan malah jarang yang dipercaya oleh masyarakat, meskipun banyak sekali saran mengenai kesehatan dari para orangtua yang sudah dipercaya sejak dulu,
bukan berarti semuanya didasari oleh bukti ilmiah. Ini dia beberapa mitos kesehatan yang ternyata tidak sepenuhnya benar:
1. Panas Dalam.
Mitos: Panas dalam adalah gangguan tubuh yang terjadi akibat makan gorengan, kepanasan, atau minum es.
Fakta: Dalam istilah Kedokteran, istilah penyakit panas dalam tidak pernah ada. Kondisi ini dalam medis diartikan sebagai serangkaian gejala yang menyerang mulut, tenggorokan, dan sistem pencernaan. Selain itu, sebutan 'panas dalam' diduga muncul karena gejalanya yang sebabkan timbul rasa panas di dalam tubuh.
2. Sariawan
Mitos: Sariawan karena kurang vitamin C.
Fakta: Sariawan dalam dunia medis lenih dikenal dengan sebutan aphthous stomatitis. Penyebab dari penyakit ini belum diketahui secara pasti, tetapi ada banyak faktor yang diyakini berkaitan dalam memicu terjadinya sariawan. Di antaranya adalah alergi makanan, menurunnya sistem imun (kekebalan tubuh), stres, trauma pada
jaringan lunak dalam rongga mulut, kurang nutrisi, atau disebabkan karena obat-obatan tertentu. Apabila sariawan terjadi secara berulang, maka ini disebut recurrent aphthous stomatitis.
3. Makanan Pedas Membuat Maag.
Mitos : Hal ini tidak sepenuhnya benar atau salah.
Faktanya : Hampir 2/3 dari keseluruhan penyakit lambung disebabkan oleh helicobacter pylori. Maag juga bisa dipicu dari penggunaan obat anti-inflammatory seperti aspirin, juga penggunaan tembakau dan alkohol. Makanan pedas, hanya memperparah keadaan perut yang sudah terjangkit maag.
4. Masuk Angin.
Mitos: Masuk Angin.
Fakta: Masuk angin tidak ada dalam istilah kedokteran. Gangguan yang dimaksud dengan masuk angin itu adalah berbagai gangguan yang timbul dengan gejala sakit kepala, mual, muntah dan nyeri perut.
Bagi masyarakat Indonesia, kerokan adalah terapi pengobatan alternatif untuk meringankan gejala masuk angin. Nyatanya, metode menggosok dan menekan bagian permukaan tubuh akan menyebabkan nyeri pada kulit. Warna pada kulit pun merupakan pertanda pembuluh darah halus (kapiler) di bawah permukaan kulit pecah. Inilah hal yang sebetulnya
membahayakan, sebab saat pembuluh darah tersebut pecah, maka bisa menjadi sarang kuman dan menyebabkan infeksi lokal atau kondisi yang lebih berat karena terbawa aliran pembuluh darah ke seluruh tubuh.
5. Anak-Anak Penderita Asma Tidak Boleh Berolahraga.
Mitos : Anak Penderita Asma Tidak Boleh Berolahraga
Fakta : Tidak semua kegiatan olahraga dapat memicu serangan asma. Aerobik ternyata bisa menambah kekuatan paru-paru dari para penderita.